Aku Hilang Arah
Aku Hilang Arah Karya Ernata Trisandi
Kini malamku terlalu gelap jika ku ceritakan kepada mu.
Terjatuh ke dalam palung mariana.
Gelap, seperti itulah hati ku saat ini.
kau ambil kembali cahaya mu dari ku yang pernah kau berikan dulu.
Dingin,…
Membeku…..
melihat waktu yang membawamu yang akupun tidak tahu kemana.
Bersama hatiku yang merana, aku bertanya
engkau ada dimana? ….
***
Teringat saat janji yang terucap,
yang kini telah menguap menjadikannya butiran-butiran luka.
Membekas dan tak hilang dimakan massa.
Kenapa…
Kata itu yang selalu menari-nari di kepala.
Apakah Kau ingat?….
Di teras, kita berdua duduk berdampingan,
kala itu… malam indah di penuhi bintang yang seolah pertanda alam, bahwa kita akan bersama dalam ikatan yang halal suatu hari kelak.
Percakapan yang tak perlu, mengalir menghilangkan jemu.
Terkadang kita tertawa lepas dengan candaan-candaan yang tidak penting.
Ah… tak apa,
Aku hanya ingin melihat senyummu …
….
Disela percakapan yang tak penting itu, ku katakan kepadamu.
Beri aku waktu sampai kelak aku dapat meminangmu, menjadikanmu bagian dari hidupku. Menghabiskan waktu bersama dalam ikatan yang halal.
Kau terdiam… perlahan engkau menganggukan kepala diiringi senyum manismu.
Pertanda kau menyetujui
Saat itu, satu yang ku pinta dari mu. Jaga hati mu untuk beberapa kurun waktu tertentu sampai aku pantas bersanding dengan mu.
Kau pun berjanji akan menunggu ku sampai waktu yang telah kita sepakati bersama.
Janji itu yang selalu kupegang,
menjadi bahan bakar semangat dalam memperjuangkanmu.
***
Namun
Kau memadamkan rasa semangat itu,
Kini janji yang pernah kau ucapkan dahulu,
telah menjadi luka yang membekas dan tak pernah dapat disembuhkan.
Kau menghilang…..
Disaat aku sedang berjuang.
Kau pergih saat aku sedang berlari untuk menggapai mu.
Dan saat ini
Aku hilang arah.